Asal Usul Tari Kipas Pakarena
Tari Kipas Pakarena awalnya bernama Sere Jaga yang berfungsi sebagai bagian upacara ritual khususnya pada ritual sebelum menanam padi dan usai menanam padi. Dalam melakukan gerakan tarinya, penari memegang seikat padi benih yang telah dipilih melalui upacara ritual. Pada perkembangan selanjutnya Tari Sere Jaga menjadi bagian upacara ritual yang dilakukan semalam suntuk. Upacara tersebut antara lain: Ammatamata Jene, Ammatamata Benteng, dan lain-lain.
Tari tersebut kemudian mengalami perkembangan dalam bentuk penyajian dan piranti. Padi yang dipegang sekarang diganti dengan kipas.Tarian ini dulunya hanya ditarikan di dalam istana kerajaan Gowa oleh putri-putri bangsawan, menjadi pelengkap dan wajib dipertunjukkan pada saat upacara adat atau pesta-pesta kerajaan. Menggelar Tari Kipas Pakarena merupakan simbolisasi penghargaan kepada nenek moyang atau leluhur. Sehingga tarian ini tidak boleh lalai dilakukan karena ditakutkan ada gangguan dari arwah leluhur yang merasa tidak mendapatkan penghormatan yang sepantasnya. Tari Pakarena pada awalnya disajikan semalam suntuk, dimulai pada pukul delapan malam, dilanjutkan dengan babak kedua yang disajikan pada pukul 24.00 malam, hingga akhirnya sampai pada bagian penutup yang dilakukan pada waktu subuh. Panjangnya pementasan tarian ini menyebabkan dibutuhkan beberapa penari dan pemusik cadangan yang siap menggantikan penari pertama yang pentas.
Terimakasih gw emg ganteng
BalasHapusinformatif sekali
BalasHapussngt menbantu, keren⛹️♀️
BalasHapuskerenn
BalasHapuswaww sangat inspiratif
BalasHapusNext attack causes 2 additional aftershocks and Stuns all targets for 0.5s. This attack has a slightly increased splash area, and aftershock damage becomes 60% ATK.
BalasHapus